Momen Ramadhan Masa Kecil yang Tak Terlupakan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bulan ramadhan pasti mengingatkan kita pada momen-momen khusus, yang hanya hadir saat bulan puasa tiba. Terutama ramadhan saat masa kecil, di mana kita semua memiliki kenangan-kenangan bersama keluarga atau teman yang pastinya tidak bisa dilewatkan.

Kali ini, sesuai dengan tema challenge yaitu ramadhan masa kecil. Saya akan membagikan sedikit cuplikan masa kecil saya saat menyambut bulan ramdhan. Apa saja? Yuk, simak ulasan di bawah ini.

1. Sahur mepet waktu imsak

Kebiasaan yang satu ini mungkin sebagian dari kita juga pernah atau bahkan masih sering melakukannya. Karena malas bangun akibat masih mengantuk akhirnya, imsak kurang 15 menit baru mulai sahur. Sudah dibangunkan orang tua berkali-kali, pasang alarm dari jam 03:00 WIB tetap saja tidak mempan. Alhasil, makan sahur pasti terburu-buru. Tapi entah mengapa rasanya tetap saja enak. Hanya di hari pertama puasa saja yang bangun lebih awal, selanjutnya seperti ini.

2. Jalan-jalan habis sahur

Habis sahur lalu Shalat Subuh biasanya saya dan teman-teman jalan-jalan. Dimana? Di sekitar rumah aja kok, nggak boleh jauh-jauh sama orang tua. Nggak tahu kenapa rasanya kurang lengkap kalau agenda ini terlewatkan. Misal ada salah satu teman nggak ikut pasti besoknya semua berantem pada nggak mau ikut juga. Tapi tenang, anak-anak kalau sekarang berantem besoknya juga udah luluh. Biasanya kami jalan-jalan khusus Hari Minggu saja. Soalnya kalau hari-hari biasanya pasti tidur, takut di sekolah ngantuk.

3. Nonton iklan atau channel makanan

Dulu, hari-hari pertama puasa bawaannya laper mulu. Ada aja godaannya. Jadi, saya dulu suka banget nonton tv yang ada channel memasaknya. Baik masak kue, es, atau lainnya. Hmm rasanya lezatt. Tapi itu dulu ya! Sekarang malah males nonton gituan, bawaannya kepingin langsung makan.

4. Mandi siang bolong

Kalau hari udah siang, matahari tepat berada di atas kepala, pasti rasanya panass pake bangett. Nggak boleh minum lagi. Alhasil, kalau ortu pergi kemana gitu pasti langsung ke kamar mandi. Main air, sikat gigi, kumur-kumur, atau mandi yang lama biar segerr. Padahal habis itu juga masih gerah tapi entahlah mandi siang itu enak.

5. Berburu takjil ramadhan

Sore hari kalau nggak ada jadwal mengaji pasti nyari takjil ramadhan. Dulu karena rumah di pinggir jalan jadi cari takjilnya enak. Keluar rumah langsung dapet. Kebetulan juga dekat sama pasar, jalan kaki sampai tinggal pilih deh. Takjil yang biasa saya cari kalau nggak es ya pasti gorengan. Selain itu, no way. Kadang juga di perjalanan ketemu sama orang bagi-bagi takjil gratis. Lumayan buat tambahan, hehe.

6. Buka bersama

Buka bersama zaman dulu sama sekarang kurang lebih sama. Kalau nggak sama keluarga, teman ya bukber di masjid. Paling suka kepo menu bukbernya nanti apa. Pura-pura lewat cuma buat lihat esnya apa. Segitunya ya? Namanya masih anak-anak. Bukber sama teman biasanya yang paling lama. Bukan lama makannya tapi ngobrolnya.

7. Beli jajan untuk tarawih

Di sebelah mushola tempat saya tarawih dulu itu ada toko kelontong yang jual jajanan ringan. Jadi, sebelum ke mushola pasti mampir ke toko itu beli satu atau dua jajan buat dimakan di mushola. Karena dulu saya sama teman-teman pasti berangkat tarawih itu paling awal. Di mushola masih sepi banget. Kami biasanya kumpul di belakang mushola di sana ada semacam bangunan belum jadi, masih pondasinya aja yang biasa kami tempati duduk sambil makan jajan dan lihat bintang. Karena tempatnya udah disemen rata jadilah kami tidur-tiduran di atas. Itu pondasinya lumayan tinggi, biasanya teman yang paling tinggi naik duluan terus nolong temannya yang di bawah. Asyik sih, sambil nunggu adzan Isya'. Giliran turun pada nggak bisa semua; ketinggian, wkwk.

8. Nggak mau shalat tarawih di dalam mushola

Karena tempatnya mushola kecil dan yang tarawih banyak jadi di luar mushola digelar beberapa tikar. Bahkan sampai nutup jalan atau di teras rumah orang. Maklum lah di kota; sempit. Tapi kami dulu nggak mau sholat di dalam mushola soalnya panas. Pasti milih di luar. Alhamdulillahnya, selama tarawih nggak pernah tiba-tiba turun hujan. Jadilah meskipun beratapkan langit kami tetap bisa shalat. Meskipun faktanya, dulu kami gantian istirahat. Jadi nggak tarawih full. Kadang juga masih suka bercanda. Ini nggak boleh ditiru ya sahabat! Maklum masih kecil.

9. Mengisi Buku Kegiatan Ramadhan

Tugas pokok dari sekolah yaitu ngisi buku kegiatan ramadhan. Buku dibagikan habis acara pondok ramadhan di sekolah. Kita semua pasti tahu kan apa isi buku itu? Sholat lima waktu, puasa, shalat Jum'at, dan shalat tarawih yang ujung-ujungnya minta tanda tangan imam. Disini kami berebut dulu-duluan datengin imamnya. Bertengkar hanya karena tanda tangan sampai akhirnya Pak Imam yang menengahi.

10. Tadarus sampai malam

Selesai minta tanda tangan, pasti tadarus bareng. Apalagi kalau besoknya libur, suka lupa waktu. Dulu pakai mikrofon itu nggak malu sama sekali, nggak kaya sekarang. Meskipun bacaannya tidak terlalu lancar tapi kami semangat. Malahan kalau nggak dijemput ortu pulang ya nggak pulang. Tapi sekarang kebanyakan yang tadarus di masjid bukan anak-anak tapi para orang tua.

11. Menanti khataman al-qur'an

Menyambut malam lailatul qadar mulai tanggal 21 ramadhan biasanya ada khataman keliling desa. Nah, ini yang paling saya tunggu. Berangkat boncengan naik sepeda pancal ke masjid atau mushola. Kadang kalau nggak tahu tempatnya dimana ya kami muter-muter aja, pasti nanti ada orang yang ngasih tahu sendiri. Sampai disana palingan baca cuma satu juz tapi habis itu dapat makan. Ini dia bagian serunya, hehe. Apapun menunya oke-oke saja yang penting kami makan. Kadang juga ada buah sebagai pelengkap.

12. Malam takbiran

Hari terakhir di bulan ramadhan pasti ada acara takbiran. Malam takbiran yang saya suka itu di kampung halaman ibu. Disana kami keliling desa jalan kaki. Bayangkan? Tapi biasanya juga ada beberapa mobil buat anak-anak yang kecapekan atau ketiduran. Yang saya suka itu setiap RW kami membuat (saya nggak tahu namanya) intinya sebuah kerangka besar dari bambu atau gabus yang nanati dibentuk menjadi sesuatu seperti: rumah, karakter orang, masjid, hewan, dll. Ukurannya itu MasyaAllah nutupin jalan. Jadi kalau ada motor lewat ya nggak bisa, harus satu arah. Kalau ada pohon ya harus disingkirin dulu dahannya biar bisa lewat. Jadi kelilingnya pasti sampai malam karena macet di jalan cuma buat ini. Nanti selesai keliling ada undian di mushola terdekat. Hadiahnya ya gerabah-gerabah gitu lah. Dan yang kerangka itu tadi yang bentuknya paling bagus, kelompoknya dapat hadiah uang. Jadi, proses pembuatannya jauh-jauh hari sebelum malam takbiran. Saya sampai bingung buatnya gimana kok bisa sebesar itu?

Intinya semua list di atas adalah momen-momen ramadhan masa kecil saya yang tidak biasa saya lupakan sampai sekarang. Beberapa juga masih saya lakukan beberapa lagi nggak. Ambil yang baik, buang yang buruk ya.

Memang segala sesuatu akan terasa lebih berharga saat sudah tidak ada. Maka dari itu, belajarlah menghargai sesuatu sebelum sesuatu itu pergi darimu.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh